Posted by DKT NEWS | Berita Nasional on Wednesday, February 11, 2015
TEMPO.CO, Jakarta
- Demam mengoleksi batu akik kini mulai melanda anak muda. Bila Anda
juga ingin menekuni hobi ini, maka tidak ada lagi tempat yang paling
mengasyikkan untuk berburu batu, selain Pasar Rawa Bening, Jakarta. Di
pasar ini transaksi jual beli batu akik begitu "hidup". Satu batu ada
yang dihargai sampai Rp 150 juta dan dibayarkan tunai. Namun, hati-hati
tertipu. Tidak jarang pencinta batu akik sering kena tipu karena
bernafsu mengkoleksi.
Ada beberapa cara ampuh yang dapat
digunakan untuk mengenali sebuah batu sebagai batu akik asli atau
sintetis (terdapat tambahan kaca atau plastik). Cara paling mudah adalah
dengan menggosokkan batu ke atas layar sentuh telepon seluler. Bila
batu tersebut asli, maka layar ponsel akan bereaksi. Namun, kata gemolog
Shaheen Nazir, ada pula beberapa batu akik asli yang tidak bereaksi
bila disentuhkan ke atas layar ponsel.
Maka bisa digunakan cara
lain, yaitu dengan membawanya ke laboratorium khusus batu-batuan indah.
Di laboratorium, kata Shaheen, batu akik akan diteliti guna memeriksa
warna batu. Penelitian itu untuk mengidentifikasi kandungan mineral apa
yang ada di dalam batu. Kemudian dilanjutkan dengan memeriksa tingkat
pantul cahaya (refraksi indeks) pada batu dan berat jenis batu.
Setelah mendapatkan semua ukuran melalui angka-angka yang muncul,
gemolog akan membawa batu ke bawah mikroskop untuk mengklarifikasi jenis
batu secara lebih detil. "Setelah semua itu selesai, maka laboratorium
akan mengeluarkan sertifikat," ujar Shaheen. Jangan salah, sertifikat
ini pun dapat menambah tinggi harga batu.
Direktur Indonesia
Gemstone Suwandi Gazali menyebut bintik atau noda pada akik yang justru
diburu pada pecintanya. Sebab, noda atau bintik ini dapat membentuk
pola tertentu yang menyerupai fenomena alam. Misalnya, ada bintik dalam
batu yang dapat membentuk lafaz Tuhan, ada pula bintik yang membentuk
bayangan burung elang, atau segitiga yang sangat simetris.
Menurut Suwandi, bintik itu bukan hasil potongan atau polesan para
pengrajin batu akik, melainkan fenomena alam. "Titik-titik inilah yang
dianggap sebagai nilai seni tinggi," ujar Suwandi.
Suwandi mengakui belum ada standar tetap untuk menilai sebuah batu akik
menjadi tinggi atau tidak. Sampai saat ini batu akik terbaik dinilai
dari warna dan bentuk pola yang menyertainya. Susunan mineral yang
membentuk pola ini dianggap pecinta batu akik sebagai sebuah karya seni
tinggi karena tidak dibuat-buat. Kebeningan dan kilatan batu juga dapat
menambah harga batu akik ini.
Namun, tidak dapat dinafikan bila
harga tinggi dari sebuah batu akik dipicu oleh tren. Bisa saja satu
jenis batu saat ini dihargai sangat mahal, tapi di lain waktu menjadi
sangat murah. "Kami tidak dapat menentukan harga sebab saat ini koleksi
batu akik termasuk hobi," kata Suwandi.
Sumber : Tempo.co.id