Posted by DKT NEWS | Berita Nasional on Friday, August 8, 2014
Merdeka.com - Pakar statistik dari IPB, Profesor Asep Saefuddin
menyoroti lembaga survei yang berafiliasi dengan pendukung dari capres
tertentu. Dia menilai akan terjadi bias bila lembaga survei melakukan
hitung cepat.
"Dalam statistika, untuk penarikan contoh yang
sifatnya negara harus bebas nilai atau independen. Kalau dia bagian
institusi sendiri dia harus mau jelaskan hasil quick count diumumkan
yang sebenarnya," terang Asep di UI Salemba, Jakarta, Selasa
(15/7/2014).
"Jangan sampai menutupi. Sebaiknya kelembagaan yang
terkait dengan suatu kelompok tertentu yang jadi bagian Pemilu ada
kemungkinan bias dan ada titipan," tambahnya.
Asep menerangkan
beberapa kali riset yang dilakukan selama menggunakan metodologi dan
pengambilan sampel random yang benar, maka hasilnya akan sama. Bila
berbeda, hanya akan sedikit perbedaan yang terjadi.
"Secara teori
kalau hal itu dipegang maka tidak banyak beda, dan kalau beda masih
dalam margin of error 1 persen atau kurang dari 5 persen, karena tingkat
metodologi yang terbukti," ungkapnya.
Meski demikian, dari 2
kubu yang yang ada, Asep belum bisa memutuskan pihak mana yang benar.
Sebab, sebagai akademisi perlu memutus berdasar fakta yang ada. Asep
juga menganjurkan 2 hal bagi masyarakat memberikan penilaian.
"Dilihat
track record serta kompetensi dan SDM-nya, kalau 2.000 sampel maka
2.000 tenaga di lapangan yang harus menyebar di Indonesia untuk memenuhi
syarat keteracakan. Kami tak bisa mengatakan yang benar A atau B. Uji
kredibilitas kelembagaan mudah sekali, dilihat dari metodologi dan
sebaran contoh," jelas Asep.
Sementara itu, akademisi dari UI Ade
Armando mengatakan ada 8 lembaga survei --LSI, SMRC, Populi Center,
Kompas, RRI, CSIS-Cyrus Network, Indikator, dan Pol-Tracking-- yang
memenangkan Jokowi-JK dan 4--LSN, JSI, Puskaptis, dan IRC-- lembaga
survei yang memenangkan Prabowo-Hatta. Bagi Ade, kubu 8 lembaga survei
yang memenangkan Jokowi-JK merupakan lembaga yang dapat dipercayai
masyarakat.
"Yang pertama metodologi dan kedua itu track record.
Kubu 8 sudah terbukti pada Pileg kemarin selisihnya 0,1 persen. Saya
percaya kubu 8," tandas Ade.
Sumber : http://www.merdeka.com/politik/ahli-statistik-ipb-lembaga-survei-dukung-capres-harus-terbuka.html