Posted by DKT NEWS | Berita Nasional on Saturday, August 30, 2014
Jakarta - Kawasan Monas tak pernah sunyi. Mulai dari
warga Jakarta yang hendak piknik bersama keluarga atau pendatang yang
sekedar ingin berfoto dengan latar ikon Kota Jakarta itu.
Selain
warga, Monas juga tak pernah sepi dari ratusan orang yang mencoba
peruntungan ekonominya. Mulai dari berdagang baju dan souvenir, tukang
foto instan hingga manusia patung.
Namun, tak hanya itu, Monas
juga kini punya pocong yang doyan foto. Yak, terinspirasi dari 'manusia
patung' yang meniru pejuang atau none-none Belanda, Rio (30) mengubah
wujudnya jadi salah satu tokoh hantu paling populer di Indonesia. Pocong
"Yang
paling terkenal kan Suzana sama Pocong. Ya saya pilih Pocong saja,"
kata Rio saat berbincang dengan detikcom di area acara Abang None
Jakarta 2014.
Lelaki yang sudah 4 tahun menjadi 'Pocong Monas'
ini sibuk melayani permintaan foto beberapa pengunjung Monas. Rio hanya
bermodal kain putih yang diberikan bantuan resleting di bagian leher
untuk memudahkannya bergerak.
Untuk menyerupai pocong, ia menyapu
cat wajah berwarna putih dan warna hitam di bagian mata. Untuk memberi
efek seram, ia membubuhkan warna merah di bagian pipi dan dagunya.
Di
siang hari, ia menjadi Sopir kontainer. Namun, jika hari sudah malam,
ia dan seorang temannya berubah menjadi pocong dan sibuk melayani foto
para pengunjung Monas
Ia mengaku tak tiap hari beredar di Monas, namun jika ada perhelatan
besar seperti perayaan ulangtahun Jakarta dan malam pemilihan Abang
None. Dalam sehari, ia bisa mengumpulkan uang hingga Rp 400 ribu.
"Kalau acara ramai bisa Rp 400 ribu," ujarnya.
Tak
hanya berfoto, Rido terkadang menjadi 'satpol PP' yang menjaga orang
yang berpacaran di taman-taman Monas. Tak jarang ia menghampiri 2 sejoli
yang dinilainya berpacaran secara berlebihan. Usahanya tak pernah
gagal. Puluhan sejoli yang ditakutinya tak jadi berbuat maksiat dan lari
tunggang langgang.
"Ini kan tempat umum. Kalau saya dapati, pasti saya takut-takuti dan langsung lari," ujarnya sambil tertawa.
Ia
berharap kawasan Monas bisa benar-benar bersih dari praktek 'pacaran
gelap-gelapan'. Menurutnya, dari 2 sejoli gelap-gelapan itulah bukan
tak mungkin menjadi penyebab kasus pelecehan seksual atau yang
dilaporkan sebagai kasus pemerkosaan.
Menurutnya, Monas yang
menjadi ikon Jakarta bahkan Indonesia seharusnya bisa benar-benar
menjadi lokasi wisata tanpa ada kasus pemerkosaan.
Sumber : http://news.detik.com/read/2014/08/30/194149/2676932/10/2/kisah-rio-yang-mencari-peruntungan-dari-hantu-pocong-di-monas