Posted by DKT NEWS | Berita Nasional on Wednesday, August 27, 2014
Jakarta - Keterlibatan mafia minyak dan gas dalam pembiayaan pilpres
2014 semakin terkuak. Pemilik grup Global Energy Resource (GER),
Muhammad Riza Chalid, yang selama ini dikenal sebagai mafia migas
disinyalir membiayai tabloid fitnah Obor Rakyat dan membeli
Rumah Polonia yang menjadi markas tim sukses Prababowo-Hatta. Beberapa
pakar dan wartawan berhasil membongkar hubungan Riza Chalid dengan
cawapres nomor urut 1, Hatta Radjasa yang mantan Menko Ekuin.
Direktur Riset Badan Pemerhati Migas (BP Migas) Syafti Hidayat,
menuding Hatta Radjasa terlibat dalam mafia migas bersama Muhammad Riza
Chalid. Untuk itu, dirinya mendesak kepada Menko Perekonomian Chairul
Tanjung (CT) untuk berpihak kepada rakyat kecil, dan mengadukan Hatta
dan Riza kepada yang berwajib.
“Selama ini Indonesia terus bergantung pada bahan bakar minyak (BBM)
impor, sengaja tidak mendirikan kilang pengolahan, hanya supaya impor
jalan terus dan komisi diperoleh mafia,” ujar Syafti Hidayat, Direktur
Riset Badan Pemerhati Migas (BP Migas), dalam aksi unjuk rasa di
Jakarta, Kamis 5 Juli 2014.
Pengamat kebijakan publik Ichsanuddin Noorsy pernah mengatakan bahwa
Muhammad Riza Chalid sebagai mafia minyak yang sudah dikenal sejak era
Soeharto.Sepak terjang Riza sungguh luar biasa dan sangat di takuti
lawan dan kawan di dalam negeri serta di luar negeri karena telah
menguasai Petral. Tudingan terhadap Riza yang telah menguasai Petral
selama puluhan tahun itu dikatakan terjalin dari kerja sama dengan lima
broker minyak, antara lain dengan Supreme Energy, Orion Oil, Paramount
Petro, Straits Oil dan Cosmic Petrolium yang berbasis di Singapura,
bahkan terdaftar di Virgin Island sebuah wilayah bebas pajak. Sehingga
kelima perusahaan inilah digadang-gadang sebagai mitra utama Petral.
Hatta juga dilaporkan oleh Solidaritas Kerakyatan Khusus Migas (SKK
Migas) ke Komisi Pemberantasan Korupsi. Menurut kelompok SKK Migas ini,
Hatta diduga terlibat dalam kasus impor minyak mentah dan bahan bakar
minyak (BBM). Koordinator SKK Migas, Ferdinand Hutahaean, mengatakan
sewaktu menjabat Menteri Koordinator bidang Perekonomian, Hatta berkuasa
mengatur pengadaan minyak. Pengaturan PT Pertamina dan anak
perusahaannya, PT Petral, dalam impor minyak itu dilakukan sepenuhnya
oleh Hatta.
"Hatta dengan kewenangannya menghambat pembentukan kilang minyak dan
menurunkan produksi minyak mentah sehingga ada celah impor yang lebih
besar," ujar Ferdinand kepada Tempo, Selasa, 1 Juli 2014.
Ihwal pelaporan keterlibatan Hatta dalam kasus impor minyak, Wakil
Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi Zulkarnain menyatakan bahwa status
laporan tersebut masih di Bagian Pengaduan Masyarakat KPK. Dia
menjelaskan KPK akan menelaah dulu pelaporan tersebut. "Tentu bisa
dilanjutkan jika pelaporan itu memenuhi syarat," ujarnya.
Mantan Menteri di era Soeharto yang juga Ketua Dewan Pertimbangan
Presiden Emil Salim membenarkan ada mafia minyak di sektor perminyakan
Indonesia. "Benar, memang ada mafia minyak, yang disebut-sebut itu, dia
itu salah satu sahabat salah satu Cawapres, mafianya itu keturunan
Pakistan, kamu tanya saja dia (Cawapres) pasti tahu," ucap Emil kepada
wartawan di Hotel Sahid, Jakarta, Rabu 2 Juli 2014.
Emil menegaskan, mafia minyak 'R' ini ingin BBM subsidi itu tetap
ada, karena makin menguntungkan dirinya dan jaringannya.Semakin banyak
BBM bersubsidi dan makin banyak impor BBM, mafia ini makin bahagia.
"Kamu tahu kita tidak punya kilang minyak sampai saat ini terakhir
kali kita punya kilang zamannya Pak Ginanjar (menteri ESDM), impor
minyak dan BBM Indonesia terus bertambah, anggaran subsidi membengkak
itu merupakan satu rangkaian yang saling terkait, di belakangnya ya
mafia itu," tutupnya.
Sejak 2 Juni 2014, kasus penyelundupan minyak terbesar dalam sejarah
Indonesia belum juga terungkap. Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menyatakan kasus ini masih dalam proses
penyelidikan. "Saya belum dapat kabar lagi karena masih penyelidikan,"
ujar Dirjen Bea Cukai Agung Kuswandono di kantor Kemenkeu, Jakarta, Rabu
2 Juli 2014.
Dalam debat Cawapres beberapa waktu lalu cawapres nomor urut 2, Jusuf
Kalla mengungkap dugaan ekonomi Indonesia dikuasai oleh 4 mafia. Ada
mafia minyak, mafia gula, mafia sapi, dan mafia benih.
Pengamat Ekonomi Faisal Basri mengungkapkan siapa mafia minyak yang
selama ini ada di Indonesia. Menurut Faisal, mafia tersebut sangat
senang Indonesia makin banyak mengimpor minyak, kilang minyak tidak
terbangun dan anggaran subsidi BBM meningkat, siapa dia?
"Mafia minyaknya siapa lagi kalau bukan dia," tegas Faisal ditemui
usai diskusi bertajuk 'Realistiskah Program Ekonomi Jokowi?' di Hotel
Sahid, Jakarta, Rabu kemarin di Hotel Sahid, Jakarta. Saat itu, Faisal
menyebut nama jelas seorang importir minyak berinisial R.
Faisal mengatakan, mafia tersebut merupakan importir minyak, yang
biasa mengimpor minyak Indonesia. "Kalau data memang susah ya, namanya
mafia, tapi semua orang diperminyakan pasti tahu siapa dia. Dia importir
minyak, senang kalau Indonesia terus-terusan impor minyak, senang kalau
ada subsidi BBM," jelasnya.
Dalam wawancara khusus dengan Tempo, Hatta Rajasa menolak
anggapan adanya mafia minyak di Indonesia. "Apa yang dimaksud dengan
mafia minyak? Kami mati-matian bangun kilang minyak.Di MP3EI jelas
disebutkan kita tak boleh jual gas," katanya kepada Tempo, Selasa dua pekan lalu. Hatta juga berjanji akan mengungkap mafia minyak jika ia terpilih menjadi wakil presiden.
Namun janji Hatta tersebut langsung dijawab oleh KPK, agar Hatta
melaporkan ke KPK segera. "Seharusnya disampaikan ke KPK ketika dia
bertemu dengan Pimpinan KPK waktu itu," kata Juru Bicara KPK, Johan
Budi, di Gedung KPK di Jakarta, Senin malam, tentang ucapan Hatta dalam
debat cawapres pada Minggu malam
Sumber : http://www.tribunnews.com/nasional/2014/07/04/keterlibatan-mafia-migas-dalam-pilpres-semakin-terkuak